Saya iseng-iseng ingin mencari tahu apakah FIFA itu organisasi yang besih dari praktek Mafia ? ternyata tidak. Dari hasil pencarian digoogle saya menemukan artikel yang berjudul, “Mafia FIFA di Piala Dunia” dan “Mafia FIFA Buku Mulut”. Dua artikel ini membahas hal yang sama tentang bargainning penjualan suara. Effendi Godzali, Pakar Komunikasi Universitas Indonesia juga mengatakan ketika diwawancarai tabloid Cek & Ricek mengatakan : “Mereka (Pengurus FIFA) itu juga bukan gabungan orang yang bersih, beberapa diantaranya terlibat nefotisme, take and give untuk menggoalkan sesuatu”.
Seperti yang pernah saya katakan, orang-orang FIFA itu juga manusia. Soal profesionalisme mungkin saja iya, tapi nefotisme dan take and and give memang bisa saja terjadi, siapa sih manusia yang tidak butuh uang didunia ini, cuma masalahnya ada yang butuh secara wajar tapi ada juga yang butuhnya sangat berlebihan. Kalau banyak orang yang bertanya-tanya kenapa FIFA terkesan sangat membela Nurdin Halid, inikan hanya persoalan suplay and demand saja.
Seperti dilansir The Globe and Mail, harian The Sunday Times menyebut dua nama anggota FIFA, yakni Amos Adamu (Nigeria) dan President Konfederasi Sepakbola Oceania untuk Tahiti, Reynald Temarii, meminta sejumlah uang untuk menjual hak suara.
Kabarnya, Adamu menginginkan USD800 ribu (Rp7,2 miliar) untuk membangun lapangan tiruan tanah gambut di negara asalnya. Sejumlah uang tersebut untuk jaminan dirinya akan melayangkan hak suaranya pada AS di pemilihan PD 2018, tapi dia mengatakan AS menjadi pilihan kedua di PD 2022. (okezone.com)
lihat saja pengakuan keduanya pada presiden FIFA, Temarii dengan besar hati mengakui perbuatannya pada Presiden FIFA Joseph Blatter, demikian juga dengan Amadu.
“Saya percaya diri dengan integritas saya. Tapi, saya membuat kesalahan dengan mengatakan cara itu,” aku Temarii, dalam wawancara di sebuah hotel di Zurich.
“Saya mengirim surat dan meminta presiden FIFA untuk menginvestigasi. Bagi saya, Komisi Etika penting untuk melakukan penyelidikan, bagaimana saya menjaga hubungan dengan negara-negara yang mengajukan proposal penawaran tuan rumah Piala Dunia,” paparnya.
“Sebenarnya, jika Anda menginvestasi, itu artinya Anda juga menginginkan hak suara,” sambung Amadu, seperti dilansir AP, Selasa (19/10/2010).
Suap menyuap dan sogok menyogok seperti ini bukan hanya ada di indonesia, di organisasi dunia sekelas FIFA pun ada, cuma bedanya mereka gentlement mengakui kesalahan, sedangkan kita kalau satu mengakui kesalahan, maka akan merembet kemana-mana. karena sistem korupsinya dilakukan secara berjamaah, makanya juga negara cepat bangkrutnya.
1 Komentar:
Hai berkunjung smbil klikiklan mu, klikjga iklanku ya!
Posting Komentar